Senin, 27 Oktober 2008

CERITA PENDEK



Cinta Sejati Dita

Gita dan Dita memang sudah seperti gula dan semut, tak bisa terpisahkan dan kemana-mana selalu berdua. Sejak SMP sampai SMA mereka selalu satu sekolah. Sifat mereka memang agak berbeda, tapi itu yang menjadikan mereka sangat akrab. Gita yang gaul dan Dita yang pendiam.
Pagi ini di sekolah ada suatu hal yang sangat mengejutkan buat Gita, karena ada suatu perubahan yang terjadi pada diri Dita.
“Dita??!! Lu kenapa? Ko tiba-tiba . . . . lu berubah kaya gini?” kata Gita keheranan.
“Memangnya kenapa? Aneh ya?” Dita menyahut dengan santai.
“Ngak sih Dit, tapi . . . . aku bingung aja. Lu kok berubah gini, pakai jilbab yang bikin gerah itu” jawab Gita dengan wajah yang masih menyimpan seribu tanya.
“Gue . . . . kaya gini karena . . . Gue lagi jatuh cinta Git.”
“Apa?!!! Lu lagi jatuh cinta? Sama siapa? Kok orang itu bisa bikin lu berubah drastis begini sih Dit?” kata Gita lagi yang bertambah bingung.
“Gue ngak bisa cerita sekarang Git, gue yakin lu suatu saat nanti juga bakal tau dan jatuh cinta juga sama dia.” Dita menjelaskan pada Gita.
“Masa sih gue bisa jatuh cinta sama dia, emang dia seganteng apa? Pangeran dari kayangan, kaya bidadari aja.” Gita berujar sambil setengah meledek.
“Dia ngak ganteng dan dia bukan pangeran, pokoknya gue jatuh cinta . . . . banget sama dia.”
“Duh . . . . elu segitunya, udah ah. Tuh, bel udah bunyi, kita masuk kelas yuk.” Ajak Gita.
Teman-teman sekelas pun keheranan melihat Dita sang bunga kelas III IPA yang tiba-tiba pakai jilbab menutupi rambut panjangnya yang indah, yang sering bikin cewek-cewek dikelas pada iri. Mereka menatap Dita dengan penuh tanda tanya. Ada yang bertanya kenapa, ada juga yang memuji kalau Dita tambah cantik dengan jilbab itu.
****
Tett . . . . tett . . . , bel pulang sudah berbunyi, Gita dan Dita pulang bereng seperti biasanya dan Dita mampir dulu kerumah Gita. Dan mama Dita sudah tau kalau anaknya terlambat pulang, pasti kerumah Gita dulu.
“Dit, kita jalan yuk sore ini, gue pengen denger cerita lu tentang dia yang lu cintai itu sambil makan-makan di Mall Metro City.”
“Duh . . . . maaf banget. Gue hari ini ada acara penting di Masjid Sabilal Muhtadin.”
“Ngapain lu disitu? Ngak biasanya lu pergi ketempat kaya gituan. Biasanya lu milih nonton DVD dirumah dan jalan sama gue, dari pada pergi-pergi yang ngak jelas.”
“Ini salah satu cara gue, buat ngedeketin dia yang gue cintai Git.”
“Maksud lu, dia ada disana? Gue ikut donk . . . . gue kan penasaran gimana sih tampang dia yang lu cintai.” Kata Gita memelas.
“Boleh, tapi dengan syarat lu pakai baju yang agak longgaran dan pakai jilbab, N’tar deh gue pinjemin baju muslim gue.”
“Masa gue harus pakai baju muslim dan jilbab? Gerah Dit!”
“Lu mau ikut ngak? Kalau lu ngak mau pakai itu, gue ngak mau ngajak.”
“I . . .iya deh, tapi . . . .kamu jangan marah ya . . . .”
“Iya, cepetan kita kerumah gue dulu, ganti baju dan lu pakai baju muslim gue.”
“Mah . . . . Gita mau kerumah Dita dulu ya.” Gita berpamitan pada mamanya.
“Iya, hati-hati dijalan, kamu diantar Pak Man kan?” kata mama menyahut dari dalam.
“Iya ma. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam”.
“Pak Man, antarin kita ke masjid Sabilal Muhtadin ya.” Kata Gita yang menggetkan Pak Man yang asik dengerin lagu Jablai.
“Inggih, Non. Umai . . . langkarnya Non Dita.” Sahut Pak Man yang kaget dan terkagum-kagum melihat perubahan Dita.
“Makasih Pak Man.” Kata Dita sambil tersenyum.
Mobil langsung meluncur ke tempat dimana cinta Dita berada.
****
Chiett . . . . suara mobil direm dan di parkir di halaman Masjis Sabilal Muhtadin. Dita dan Gita turun dari mobil sedangkan Pak Man disuruh Gita menunggu saja di mobil.
“Pak Man, aku dan Dita masuk dulu, Pak Man tunggu disini aja ya.”
“Inggih, Non.” Pak Man menyahut dengan logat banjarnya yang kental.
Dita dan Gita mulai memasuki dalam ruangan masjid, disana sudah banyak remaja-remaja putri yang datang. Semuanya berpakaian seperti Dita dan Gita. Mereka masih menunggu kedatangan Ustadzah Mutthia yang memberikan tauziah setiap hari sabtu sore.
“Dit, di sini kok cewek semua, mana cowoknya? Kata lu mau ngeliatin gue, dia yang lu cintai itu?!”
“Iya, tapi . . . .kita dengerin dulu tauziah Ustadzah Mutthia, baru nanti gue kasih tau siapa yang gue cintai itu.”
Akhirnya setelah sebentar menunggu Ustadzah Mutthia datang dan memberikan tausiahnya kepada semua yang hadir di situ, terutama Dita dan Gita yang dengan seksama mendengarkan. Ustadzah Mutuhia menceritakan bahwa rasa cinta memang dimiliki oleh semua manusia di dunia ini, rasa cinta diciptakan Allah agar manusia bisa saling berkasih sayang dan tidak saling bertengkar atau bermusuhan. Cinta bisa kepada siapa saja, cinta kepada ibu, ayah, adik, keluarga, saudara sebangsa, saudara seiman dan masih banyak lagi. Tapi, cinta yang paling utama adalah cinta kepada Allah, Tuhan kita Yang Maha Esa. Cara menunjukkan cinta kita kepada Allah sangat berbeda dengan menujukkan rasa cinta kepada sesama manusia. Jika, kita mencintai Allah, hendaknya kita selalu mengerjakan apa yang di perintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Yang di perintahka-Nya seperti wajib menutup aurat bagi seorang muslimah, yaitu memakai jilbab dan berpakaian yang menutupi aurat. Bagi mereka yang menjalankan perintah Allah itu, maka Allah akan membalas cinta kita itu dengan ganjaran Surga yang begitu indah.
****
Setelah selesai mendengarkan tauziah yang diberikan Ustadzah Mutthia, Dita dan Gita pulang. Di dalam Mobil mereka bercakap-cakap.
“Dit, kayanya gue udah tau deh, siapa yang lu cintai itu.” Kata dita dengan wajah berseri tanpa kebingungan lagi.
“Syukur Alhamdulillah, kalau lu udah tau.” Sahut dita dengan senyum.
“Gue juga jadi jatuh cinta Dit. Gue juga mau pakai jilbab dan pakai baju yang menutup aurat kaya lu, dan pengen dapat surga yang dijanjiin Allah, kalau gue mencintai Dia dengan setulus hati.”
“Iya, Allah emang pantes di cintai oleh seluruh umat-Nya.” Dita berujar sambil berpelukan bahagai dengan Gita.
Dita dan Gita kini jadi dua sahabat yang kompak bahkan dalam mencintai Allah untuk menggapai Surga Firdaus-Nya.
Penulis, Vita Dhamayanni -20061125

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda